"MENGGAJI" atau "DIGAJI" ?
Indonesia sebagai salah satu negara
yang mengalami bonus demografi atau pertambahan jumlah penduduk dalam angka
yang cukup besar, tentunya juga membutuhkan banyak sekali lapangan pekerjaan.
Namun sayangnya di Indonesia pertambahan jumlah penduduk yang signifikan tidak
dibarengi dengan penawaran lapangan pekerjaan. Umumnya seseorang menginginkan
pekerjaan yang mudah dan bergaji besar, begitupun juga prespektif dari seorang
mahasiswa. Apalagi dengan status sebagai seorang sarjana tentunya menginginkan
kedudukan yang tinggi karena gelar pendidikan yang diperoleh adalah dengan
kerja keras.
Bagi seorang sarjana, baik yang
sudah lama lulus atau baru lulus (fresh
graduate) merupakan hal yang tidak diinginkan apabila sudah lulus menjadi
sarjana, tetapi belum memiliki pekerjaan. Menjadi sebuah dilema yang kompleks
lagi apabila mengingat dengan jumlah lapangan pekerjaan yang bisa dibilang
sangat terbatas di Indonesia. Maka banyak juga mahasiswa yang kemudian menjadi
seorang wirausahawan dan menciptakan lapangan pekerjaan. Namun, tidak jarang
juga terdapat mahasiswa yang menganggur dan tidak mengambil jalan sebagai seorang
wirausaha karena berbagai faktor. Kurangnya modal, informasi dan minat dalam
dunia wirausaha. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan, “sebenarnya seseorang
lebih suka menggaji atau di gaji sih ?”
Pertanyaan
ini merupakan pertanyaan yang mudah, namun sulit. Mengapa demikian ? Sebagai
contoh seseorang pasti akan mudah menjawab pertanyaan itu dengan “aku lebih
suka menggaji karena aku yang menjadi pemimpinnya”, namun dibalik pernyataan
itu sebelum seseorang dapat menggaji seseorang yang lain pastilah dibutuhkan
usaha dan kerja keras. Menggaji disini diartikan bahwa ia adalah seorang yang
menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Nah, dalam menciptakan lapangan
pekerjaan tersebut pastilah dibutuhkan kerja keras bukan ? Seorang berpikir
yang dapat menggaji orang lain berarti ia adalah pemilik, seorang pemimpin atau
bos, kaya dan lain sebaginya. Hal inilah yang menarik seseorang untuk menyelami
dunia kewirausahaan. Selain itu, apabila seseorang memiliki usaha atau dapat
emnciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain maka ia dapat menerapkan sistem
sesuai apa yang ia inginkan.
Tetapi
tidak jarang juga, seseorang lebih suka di gaji, dengan alasan “aku sudah cukup
dan puas dengan apa yang diperoleh selama ini”. “Digaji” disini diartikan bahwa
seseorang menjalankan di bawah sistem yang diciptakan orang lain. Selain alasan
sudah cukup diatas seseorang enggan untuk terjun ke dunia usaha karena takut
jatuh bangkrut apabila membangun usaha sendiri, dalam berwirausaha membutuhkan
modal yang relatif besar dan tidak adanya minat unruk menyelami dunia
kewirausahaan. Seseorang yang memeilih “digaji” seperti ini lebih mudah diatur
dan senang bekerja dengan sistem yang sudah ada. Mereka juga dapat menekan
resiko dari kebangkrutan yang mungkin sebagian besar dialami dalam dunia
wirausaha.
Kesimpulannya
“Menggaji atau Digaji” adalah hal yang relatif bagi seseorang. Keputusan untuk
menjadi seorang yang menggaji atau seorang yang digaji bergantung pada minat,
keahlian dan kerja keras seseorang, karena kesuksesan dalam "menggaji atau
digaji" tidak akan pernah tercapai tanpa adanya usaha dan kerja keras.
Komentar
Posting Komentar